Thursday, September 29, 2022

Mengenal Penerbit Indie || Resume ke 17

 "Mengenal Penerbit Indie"

Pertemuan Ke   : 17

Hari/Tanggal      : Rabu, 27 September 2022

Tema                 : Mengenal Penerbit Buku.

Moderator          : Helwiyah

Narasumber       : Mukminin, S.Pd. M.Pd

 Assalamualaikum Warohmatullah Wabarkatuh

Salam satu pena.



Alahmdulillah Kegiatan belajar menulis telah sampai pada pertemuan ke 17.Pada kesempatan kali ini kita akan diperkenalkan oleh narasumber bagaimana cara menerbitkan atau mencetak hasil tulisan kita dalam bentuk sebuah buku. kalau kita sudah mengenal industri penerbit buku apalagi buku yang kita terbitkan ber ISBN.

 

Nara sumber kita malam ini  "Mukminin, S.Pd, M.Pd '

 

Dalam materi " Mengenal Penerbit  Indie"

 

Guru yg hebat adalah Guru yg berkarya dg bukti menerbitkan buku.

Beliau adalah Mukminin, S.Pd.,M.Pd. Lahir di Jombang, 6 Juli 1965. Dari pasangan Sukarno + Suwati (Alm.)  Lulusan SDN dan SMP Segodorejo  Sumobito 1979, Lulus SPN Jombang 1985,  Lulus D2  IKIP NEGERI Surabaya th.1987. Lulus S 1 IKIP PGRI Tuban 1998. Lulus S 2 UNISDA LAMONGAN 2012. Jurusan Bahasa dan Sarta Indonesia.

 

Beliau Alumni BM PGRI di gel.8 bersama  Bu Noralia Purwa Yunita, Bu Musiin, Pak Yulius Roma Patandean, Pak Suharto ( Cing Ato) penulis hebat dan produktif, Bu Aam Nurhasanah, Mayor Nani Kusmayanti dari AL,  dan bayak lagi tidak bisa saya menyebutkan semuanya Krn lebih kurang  200 orang.

 

Beliau mengikuti pelatihan 30 kali pertemuan bersama Narsum hebat PGRI maka lahirlah buku resume yg sekarang terjual laris manis "Jurus Jitu Menjadi Penulis Handal Bersama Pakar" dengan  kata Pengantar Dr. Ngainun Naim alhamdulillah 1 bulan yg lalu dilantik dan dikukuhkan menjadi  guru besar Prof. Ngainun Naim (Dosen UIN Syahid Ali Rahmatullah, Tulungagung).

 

 






Pada zaman melinial ini semua orang  bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yg kita bayangkan. Apalagi kita sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki banyak  kisah dan pengalaman inspiratif tersebut perlu kita tulis dan terbitkan buku  menjadi yg bermanfaat bg orang lain/ pembaca.

Untuk bisa terlatih menulis memang butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis.

Berbicara motivasi, ada banyak kata-kata agar kamu terus semangat menulis. Melalui kata-kata mutiara tentang menulis bisa menjadi motivasi agar sukses dalam berkarya.

 

Kata-kata Mutiara semoga motivasi diri:

1."Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib

2. "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". - Imam Al-Ghazali

Untuk mewujudkan itu  memang butuh ketekunan,  perjuangan dan juga tekad serta  motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis.

 

Agar Anda  terus semangat menulis. Melalui kata-kata mutiara tentang menulis bisa menjadi motivasi agar sukses dalam berkarya.

Itulah untaian mutiara narasumber yg bisa memotivasi kita dalam menulis. sekarang kita simak pemaparan narasumber dalam memahami menulis dan menerbitkan buku.

 

MEMAHAMI MENULIS DAN MENERBITKAN BUKU

Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan Buku yang Tepat.

Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan buku.

Ada 5 tahapan yg harus dilalui:

1. Prawriting

    a.. Tahap awal penulis mencari ide apa yang akan ditulis dengan peka terhadap sekitar ( Pay attention).

    b. Penulis  harus  kreatif menangkap fenomena yg terjadi di sekitar untuk menjadi tulisan.

    c. Penulis banyak membaca buku.

 

 

 

2. Drafting

Penulis mulai menulis naskah buku sesuai  yang dengan apa yang disukai ( pasion). Boleh menulis artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya dg penuk kreatif merangkai kata, menggunakan majas, dan berekpresi untuk menarik pembaca.

 

3. Revisi

Setelah naskah selesai maka kita lakukan revisi naskah. Merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan, naskah mana yang perlu dibuang,   naskah mana yg perlu ditambahkan.

 

4. Editting/ Swasunting

Setelah naskah kita revisi maka masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan. Hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pada kalimat. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "Swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit, kan malu kalau banyak kesalahan. Maka penulis dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EBBI.

 

5. Publikasi 

Jika tulisan Anda yg berupa naskah buku sudah yakin maka Anda memasuki tahap Publikasi atau penerbitan  buku.

 

Setelah memahami cara menulis, Narasumber memaparkan penerbit untuk menerbitkan hasil karya tulis kita menjadi sebuah buku.

Narasumber menjelaskan mengenai penerbit Independen ( penerbit Indie). Di dalam grup ini ada 3 peberbit indie:

·        Oase

·        Gemala

·        YPTD dan

·        Kamlia Press Lamongan.

 

Nah, sebelum menerbitkan buku marilah kita cari tahu tentang  penerbit.

 

 Penerbit Mayor dan Penerbit Indie

 

Bapak ibu sekalian yg hebat, penerbit buku ada 2 macam. Pertama penerbit Mayor dan kedua penerbit Indhie. Apa perbedaanya? mari kita ikuti uraian berikut ini  :

 

1.  Jumlah Cetakan.

# Penerbit mayor  mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.

 

#Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll.

 

2.  Pemilihan Naskah yang Diterbitkan

# Penerbit mayor :

Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan.

 

# Penerbit indie :

Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti kami terbitkan. Kami adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

 

3.  Profesionalitas

# Penerbit mayor :

Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan sumber daya manusia  di perusahaan besar mereka.

 

# Penerbit indie : kami pun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit Bapak Ibu dan Saudara-saudara. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus). Kami jaga mutu Cover bagus cerah mengkilat isi buku kertas cokal halus awet ( bookpapar).

 

4.  Waktu Penerbitan

# Penerbit mayor :

Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

 

# Penerbit indie :

 Tentu berbeda kami akan segera memproses naskah yang kami terima dengan cepat. Dalam hitungan minggu bukumu sudah bisa terbit. Karena memang, kami tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Kami menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga kami tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.

 

5.  Royalti

# Penerbit mayor :

kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.

 

# Penerbit indie :

umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter, status, dll

 

6. Biaya penerbitan

# Penerbit mayor :

Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit.

 

# Penerbit indie :

Berbayar sesuai dg aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama.

 

Setelah kita tahu perbedaan kedua jenis penerbit itu, kayaknya saya penulis pemula memilih Pernerbit indie deh. tapi bagaimana dengan para bloger mania silahkan pilih penerbit yang disukai.

 

Narasuber menjelaskan bahwa penerbit Independen ( penerbit Indie) yg banyak disuka. salah satunya adalah CV Kamlia Press Lamongan. Penerbitan KAMILA PRESS LAMONGAN melayani cetak buku, dengan jasa ISBN,  editing,  Lay out, dan  design cover buku  dengan harga terjangkau.

 

 

 

Syarat-syarat penerbitan di KAMILA PRESS LAMONGAN:

 

1. Kirimkan naskah lengkap mulai judul, kata pengantar, daftar isi, naskahdaftar isi, daftar pustaka, biodata penulis dg fotonya dan Sinopsis

2. Ketik  A5 ukurannya 14,8 x 21 cm, spasi 1,15 ukuran fon 11 dan margin kanan 2 cm, kiri 2 cm, atas 2 cm dan bawah 2 cm. Gunakan huruf Arial, calibri atau  Cambria dan masukkan dalam 1 file kirim ke WA sy atau email gusmukminin@gmail.com Atau email: kamilapresslamongan24@yahoo.com

Ini fasilitasnya:

 Dibuatkan cover buku, layout, Edit, sertifikat Penulis buku, PO buku. Dapat buku ISBN sesuai pesanan. Cetak 10 dapat 10 buku yg 2 buku ke PERPUSNAS tanggung jawab Kamila Press.

 

Karya yg mau cetak  Nasakahnya dlm word

Urut : judul, kata pengantar, daftar isi, naskah sesuai urutan isi, Daftar pustaka jika ada, sinopsis, dan foto dan biodata penulis

 

 

 

 

 

 

Harga Penerbitan buku di Kamila Press Lamongan ( harga sewaktu-waktu bisa berubah).

Biaya Cetak buku  A5, kertas Bookpapar (coklat halus) atau HVS putih 

(termasuk biaya ISBN, Layuot, edit, cover buku, PO buku, sertifikat). cetak 10 buku mulai 1 SEPTEMBER 2022.

 

CETAK BUKU A5:

A. 60 halaman:  Cetak 10 buku/ eksp. =  645.000 + Ongkir

B. 70 hlm:  Cetak 10 buku = 665.000 + Ongkir

C. 85 hlm : Cetak 10 buku = 673.000 + Ongkir

D. 90 hlm:  Cetak 10 Buku = 728.000 + Ongkir

E. 100 hlm: Cetak 10.Buku = 738.000 + Ongkir

F. 125 hlm:  Cetak 10 = 764.000 + Ongkir

G. 150 hlm= Cetak 10 buku = 815.000 + Ongkir

H. 200 hlm:  Cetak 10 buku = 855.000 + Ongkir

I. 250 hlm:  Cetak 10 buku = 915.000 + Ongkir

J. 300 hlm:  Cetak 10 buku = 970.000 + Ongkir

H. 350 hlm. Cetak 10 buku = 1.120.000 + Ongkir

I. 400 hlm. Cetak 10 buku = 1.170.000 + Ongkir

J. 450 hlm. Cetak 10 buku = 1.220.000 + Ongkir

K. 500 hlm. Cetak 10 = 1.270.000 + Ongkir

 

 

#  SETELAH CETAK 10 BUKU DENGAN JUMLAH HALAMAN DAN HARGA TERSEBUT, MAKA Lebihnya dihitung harga cetak ulang ( CETAKAN BUKU KE-11 dst.):

1.  Cetak buku 60 hlm Harga @ 22.000

2. Cetak buku 70-75  hlm harga  @23.000

3. Cetak buku 100 hlm. Harga @ 25. 000

4. Cetak buku 140 hlm harga @ 30.000

5. Cetak buku 150 hlm @ 31.000

6. Cetak buku   250 hlm. Harga @ 42.000

7. Cetak buku  300 hlm. Harga @  47.000

8. Cetak 320 hlm. Harga @ 48.000

9. Cetak 340 hlm. Harga @ 50.000

10.Cetak 360 hlm. Harga  @ 52.000

11. Cetak 380 hlm. Harga  @ 55.000

12. Cetak 400 hlm. Harga @  57.000

13. Cetak 420 hlm. Harga @  59.000

14. Cetak 440 hlm. Harga @  62.000

15. Cetak 480 hlm. Harga @  65.000

16. Cetak 500 hlm. Harga @ 67.000

 

PLUS ONGKIR!

 

 Smg bermanfaat!

 

"Ayo bloger mania Terbitkan Buku untuk Anak Cucu Kita"

 

Berikut karya buku yang sudah diterbitkan

 

 

 

 

 

 

 

INFORMASI PENTING DARI ISBN untuk kita semua bloger mania.

SALAM INSAF, SEKALI LAGI TENTANG ISBN

---

 

Kamis, 14 April 2022, saya memenuhi undangan diskusi ISBN di Perpusnas RI (Jalan Salemba). Ada sedikit "oleh-oleh" informasi untuk lebih memahami tentang ISBN.

 

Jadi, jika beberapa waktu kemarin ISBN sempat tertunda, ternyata Perpusnas RI sebagai agensi ISBN internasional di Indonesia mendapatkan teguran dari Badan ISBN internasional. Teguran diikuti dengan instruksi penundaan sementara pemberian ISBN dari Badan ISBN internasional yang berpusat di London, Inggris.

 

Mengapa hal tersebut terjadi?

 

KETIDAKWAJARAN PRODUKSI BUKU INDONESIA

 

Produksi judul buku di Indonesia dianggap tidak wajar dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2020 saat pandemi mulai melanda, buku yang diberi ISBN mencapai 144.793 judul, sedangkan tahun 2021 mencapai 63.398 judul.

 

Perlu diketahui Indonesia mendapatkan nomor khas blok ISBN adalah 978-623 dengan jatah ISBN sebanyak 1 juta ISBN. Diperkirakan nomor itu akan habis dalam rentang waktu lebih dari 10 tahun. Beberapa negara menghabiskan angka 1 juta itu lebih dari 15 tahun, bahkan 20 tahun.

 

Alokasi 1 juta nomor itu diberikan kepada Indonesia terakhir tahun 2018, tetapi tahun 2022 pemberian ISBN sudah membengkak lebih dari 50% mencapai 623.000 judul.

 

Bayangkan hanya tersisa 377.000 nomor lagi. Jika rata-rata Indonesia menerbitkan 67.340 judul buku per tahun (sebagaimana data Perpusnas RI, 2021), nomor itu akan tersisa sekira untuk enam tahun lagi.

 

Produksi judul buku yang sangat produktif ini memang seperti menyiratkan kemajuan literasi kita. Namun, sekali lagi jumlah besar itu tidak menyuratkan mutu buku. Jumlah besar itu juga berbanding terbalik dengan pendapatan penerbit yang pertumbuhannya terus menurun berdasarkan data Ikapi.

 

Sebagai fakta, di negara-negara maju saat pandemi Covid-19, penjualan buku (baik cetak maupun elektronik) meningkat gratis. Orang memborong buku untuk kegiatan di rumah. Namun, kondisi itu tidak terjadi di Indonesia. Penjualan buku terjun bebas nyaris ke titik nadir.

 

PUBLIKASI YANG RELEVAN DIBERI ISBN

 

Lonjakan pengajuan ISBN tersebut ditengarai juga akibat banyaknya publikasi yang tidak patut diberi ISBN, dimintakan ISBN-nya, termasuk oleh lembaga negara. Di sini kita perlu mendefinisikan kembali apa yang disebut buku.

 

Tidak semua publikasi dalam bentuk buku relevan atau layak diberi ISBN, apalagi publikasi yang bukan termasuk buku. Buku merupakan media massa dengan sifat publikasi tidak berkala (tidak secara periodik diterbitkan).

 

Buku yang relevan diberi ISBN adalah buku yang berada pada rantai pasok industri buku. Ciri ini dapat disederhanakan sebagai berikut.

 

1. Buku tersedia untuk publik secara luas dan dapat diakses, baik secara gratis maupun berbayar.

 

2. Buku diperjualbelikan dalam jumlah yang banyak. UNESCO pernah membuat batasan minimal 50 eksemplar.

 

Karena itu, ISBN relevan digunakan sebagai basis metadata untuk memperlancar rantai pasok penerbitan buku. Ia berguna di hilir industri buku untuk mengidentifikasi buku.

 

Publikasi dalam bentuk laporan tahunan, laporan kegiatan, dan publikasi lainnya yang bersifat selingkung (terbatas) serta tidak tersedia untuk diakses, apalagi tidak diperjualbelikan maka tidak relevan diberi ISBN.

 

Demikian pula buku-buku yang terbit sekadar menggugurkan kewajiban untuk penilaian angka kredit/kenaikan pangkat. Buku-buku itu sering kali dicetak hanya beberapa eksemplar. Tentu buku seperti ini tidak relevan diberi ISBN.

 

Mari insaf bersama untuk tidak meng-ISBN-kan semua publikasi dan tidak meng-ISBN-kan semua buku. Buku tidak ber-ISBN bukan berarti tidak sah sebagai buku.

 

DI INDONESIA SEMUA DI-ISBN-KAN

 

Ada kecenderungan individu atau organisasi meng-ISBN-kan semua publikasi yang diterbitkan. Berikut ini contohnya.

 

Ringkasan kebijakan (policy brief) dibukukan dan di-ISBN-kan. Laporan KKN mahasiswa di-ISBN-kan. Laporan kegiatan di-ISBN-kan. Skripsi, tesis, disertasi tanpa konversi di-ISBN-kan. Orasi ilmiah di-ISBN-kan tanpa konversi. Prosiding di-ISBN-kan tanpa melihat apakah seminarnya berkala atau tidak.

 

Beberapa sekolah membuat kegiatan literasi untuk siswanya. Siswa didorong menulis cerita atau puisi lalu dikumpulkan dalam bentuk antologi. Buku antologi itu dicetak terbatas sejumlah siswa dan sisa beberapa eksemplar untuk dokumentasi sekolah. Buku semacam ini tidak relevan diberi ISBN. Toh, untuk apa ISBN itu bagi sekolah?

 

Demam ISBN ini tampaknya didorong oleh persepsi keliru bahwa buku yang ber-ISBN- lebih keren karena mendapat pengakuan internasional. Buku ber-ISBN lebih afdol sebagai buku yang profesional. Buku ber-ISBN menunjukkan pemenuhan standar mutu. Padahal, tidak ada hubungan sama sekali.

 

Memang ada kebijakan mutu pemberian ISBN seperti dilakukan oleh Council of Europe. Lembaga ini memberlakukan kebijakan tentang pemberian ISBN untuk publikasinya. Mereka menetapkan buku ber-ISBN harus memenuhi standar mutu dari Council of Europe.

 

Demikian pula yang pernah diberlakukan oleh LIPI Press (sekarang Penerbit BRIN) ketika ada peneliti yang meminta ISBN. LIPI Press bukan pemberi ISBN. Jika buku hendak diterbitkan oleh LIPI Press atau menggunakan ISBN LIPI Press, buku harus memenuhi standar mutu LIPI Press. Colek Fadly Suhendra.

 

Demam ISBN ini terutama melanda perguruan tinggi dengan membuat aturan publikasi harus ber-ISBN meskipun publikasi itu bersifat internal atau terbatas. Sungguh terlalu, tidak relevan.

 

Publikasi berupa bahan ajar berbentuk buku yang hanya digunakan terbatas di lingkungan kampus tersebut, apalagi memang tidak diperjualbelikan secara bebas, tidak relevan menggunakan ISBN.

 

BEBERAPA SOLUSI

 

Diskusi ISBN ini menarik sebagai salah satu permasalahan publikasi di Indonesia yang kerap juga dikait-kaitkan dengan literasi. Kini, Perpusnas RI masih "menahan" sekira 5.000 pengajuan ISBN. Penundaan ini dilakukan karena beberapa hal yang mencuat dalam diskusi.

 

Eksistensi penerbit memang dipertanyakan. Apakah yang mengajukan ini benar-benar penerbit atau bukan?

 

Salah satu jalan yang sedang disiapkan oleh Pusat Perbukuan adalah akreditasi penerbit.  Ini mungkin solusi ke depan bagi Perpusnas untuk menyeleksi penerbit pengaju ISBN hanya penerbit yang terakreditasi.

 

Salah satu sifat manusia Indonesia itu memang kreatif. Syarat sebuah penerbit, seperti menjadi anggota asosiasi dan melampirkan legalitas usaha, mudah untuk diakali. Namun, sebenarnya sang penerbit sama sekali tidak punya roh sebagai penerbit buku. Ini banyak terjadi.

 

Jika dikaitkan dengan mutu dan profesionalitas, muncul gagasan apakah perlu pengaju ISBN dari sisi penulis dan editor menyertakan sertifikat kompetensi? Ini masih sebatas wacana dan salah satu cara menyeleksi pengaju ISBN.

 

PENGINSAFAN MASSAL

 

Penginsafan massal memang diperlukan bukan hanya soal ISBN, melainkan juga soal lain sebagai fundamental penerbitan buku. Kalau kata Kang Arys Hilman, Ketum Ikapi, saya ini ibarat penjaga hulu penerbitan.

 

Hulu penerbitan itu seperti ISBN ini dan persoalan mutu buku, termasuk yang tampak "remeh temeh" seperti anatomi buku. Pak BT memang sibut mengurusi perbedaan 'kata pengantar' dan 'prakata'. Hehehe itu sebagian hobi saya. Biarlah hulu ini ada yang memikirkannya.

 

Banyak hari-hari saya kini dihabiskan untuk menyusun regulasi dan pedoman di Pusat Perbukuan, pun di Badan Bahasa. Lalu, kini saya sedikit terlibat di Perpusnas.

 

Betul bahwa persoalan di hilir juga penting yakni bagaimana buku terjual dan penerbit dapat memperpanjang napasnya. Saya memaklumi "shifting" yang dilakukan penerbit pada saat disrupsi.

 

Pendapatan penerbit tradisonal utama adalah dari penjualan buku, termasuk penjualan dalam proyek pemerintah. Begitu terjadi disrupsi, penerbit mulai beralih pada penjualan konten (di luar buku). Lalu, terjadi lagi disrupsi, penerbit beralih pada model bisnis jasa penerbitan (penerbitan berbayar alias vanity publishing).

 

Hari-hari saya sekira satu dekade lalu banyak dihabiskan di hilir penerbitan. Saya merasakan aura dinamis penjualan dan pameran buku sejak tahun 1990-an. Berjibaku dengan arus kas penerbitan, berjibaku dengan gagasan penerbitan, dan berjibaku dengan aktivitas pemasaran buku telah membentuk pengalaman kukuh tentang penerbitan buku.

 

Sekali-sekali saya merasa bangga dapat melahirkan buku-buku yang layak dilabeli best seller nasional. Buku The True Power of Water, Setengah Isi Setengah Kosong, Api Sejarah merupakan beberapa buku yang lekat dalam ingatan saya. Namun, hari-hari itu kini saya tinggalkan.

 

Ilmu ini tidak dapat diperoleh di pendidikan formal. Ilmu ini lebih banyak berupa 'tacit knowledge' yang justru jarang dituliskan di buku-buku. Penelitian terhadap penerbitan buku sendiri sangat minim di Indonesia dari berbagai disiplin ilmu.

 

Mengapa saya masih bertahan mengajar di Polimedia meskipun tertatih-tatih mengatur waktu? Bahkan, bersua dengan sebagian besar mahasiswa culun yang juga masih bingung mengapa mereka masuk Prodi Penerbitan. Jawabannya karena lewat mengajar paling tidak saya dapat menurunkan ilmu kanuragan penerbitan ke 1-2 orang mahasiswa. Mengajar membuat saya belajar lagi.

 

Saya insaf, dunia saya kini memang ada di hulu penerbitan buku di sisa usia yang insyaallah masih dapat berkontribusi. Jadi, mari insaf berjemaah.

Dan akhirnya semoga membuka wacana kita untuk kitab isa menerbitkan buku kita sendiri. Sekian resume dari saya semoga bermanfaat
terimakasih

Monday, September 26, 2022

Langkah menyususn buku Secara Sistematis - Resume ke 16

 Belajar Menulis Buku PGRI, Gelombang 27 - September 26, 2022

Hari/Tanggal       : Senin / 26 September 2022

Tema                     : Langkah menyususn buku Secara Sistematis

Pertemuan ke       : 16

Narasumber          : Bapak Yulius Yulius Roma Patandean, S.Pd., M.Pd

Moderator             : Sim Chung Wei 



Assalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Malam ini saya sudah tidak sabar menyimak pemateri pada malam ini, semakin hari topik semakin menarik dan saying untuk dilewatkan, beliau memperkenalkan diri dengan nama  Sim Chung Wei yang biasa dipanggil Koko Sim,  saat ini  beliau mengajar di SPK saint Peter School, Jakarta Utara.

Moderator ternyata alumni peserta Belajar Menulis PGRI dibawah bimbingan  Om Jay gelombang 26 (Mei-Juli 2022).

Moderator pula Bersama rekan rekannya telah menerbitkan 2 buku antologi dan sedang dalam penyusunan buku solo,

Di pertemuan ke-16 ini  beliau akan menemani sahabat nusantara menimba ilmu di kelas Menulis tanpa sekat dan batas, dengan judul "Langkah menyususn buku Secara Sistematis"

 

Pembicara kita pada malam ini sangat luarbiasa, belia  dari Pulau Sulawesi Tepatnya dari Tana Toraja, Bapak Yulius Yulius Roma Patandean, S.Pd., M.Pd

Moderator mempersilahkan peserta menyimak seluk beluk pembicara  melalui link https://romadean.blogspot.com/2021/01/profil.html

Beliau  Aktif sebagai narasumber di Pelatihan Belajar Menulis dan Workshop Media Pembelajaran. Buku-buku yang telah ditulis:

1.       Guru Menulis Guru Berkarya (Penerbit Eduvation, 2020);

2.       Digital Transformation: Generasi Muda Indonesia Menghadapi Transformasi Dunia (Penerbit ANDI, 2020);

3.       Antologi Puisi Rona Korona Dalam Duka dan Ria (Penerbit Oase Pustaka, 2020);

4.       Antologi Menciptakan Pola Pembelajaran Efektif dari Rumah (Penerbit Tata Akbar, 2020);

5.       Antologi Kisah Inspiratif Sang Guru (Penerbit Pustaka Ilalang, 2020);

6.       Tetesan Di Ujung Pena (Penerbit Eduvation, 2021);

7.       Merajut Asa Di Badai Korona (Penerbit Gemala, 2021),

8.       Flipped Classroom: Membuat Peserta Didik Berpikir Kritis, Kreatif, Mandiri, dan Mampu Berkolaborasi

Selama Pandemi justru menghasilkan banyak karya.  Sudah terbayangkan bocoran nya saja sudah

 

Topik kita kali  ini adalah "Langkah menyususun buku Secara Sistematis"

 

  1. Terdapat banyak cara yang efektif dalam mengedit dan menyusun naskah buku secara sistematis, salah satunya bisa menggunakan Mendeley. Tetapi pada akhirnya, keberhasilan akan menjadi tanggung jawab penulis ketika ia berusaha untuk mengembangkan gaya dan proses yang sesuai untuk dirinya, terutama bagi kita selaku penulis pemula.
  2. Selain itu, kita bisa mencari referensi, bantuan penulisan, dengarkan saran, baca contoh-contoh tulisan dari penulis pemula yang telah berhasil, tetapi hal terbaik yang dapat bapak/ibu lakukan adalah mulai menulis. Tuliskan beberapa kata dan lanjutkan....terus menulis dan "buktikan apa yang terjadi", kata Omjay 
  3. Akan ada banyak percobaan dan kekeliruan serta kejenuhan yang akan dialami, tetapi pada titik tertentu, kita hanya perlu menulis. Berhasilnya tulisan tidak akan pernah terjadi jika kita tidak mencobanya, termasuk mengedit naskahnya.
  4.  Ketika kita menulis, kita akan menemukan apa yang kita sukai. kita akan memutuskan urutan apa yang ingin dilakukan, dan kita akan mempelajari alat dan perangkat lunak penulisan mana yang paling cocok untuk kita gunakan. Dengan tujuan, akan membuat naskah buku lebih mudah untuk diselesaikan.
  5. Untuk mengedi naskah dapat menggunakan fasilitas murah meriah dari Microsoft Word. Berikut ini saya bagikan tutroialnya lewat channel YouTube saya.                        https://youtu.be/eePQwyHAcjw                                                                    https://youtu.be/jXPr59aWJS
  6. Setelah kita menemukan gaya/cara mengedit naskah tulisan dan melakukannya beberapa kali, tentunya kita akan memiliki wawasan sendiri untuk terus dipraktekkan dan kalua perlu dibagikan kepada orang lain. Dunia menulis terus berkembang, dan siapa pun yang telah menulis, entah buku solo, antologi, fiksi atau non fiksi, pastinay akan memiliki pengalaman berharga untuk dilakukan dan dibagikan.
  7. Sebuah buku yang bagus tidak akan pernah membuahkan hasil jika kita tidak memiliki ide buku yang bagus pula untuk memulainya. Kita dapat menulis sesuatu dengan ide apa pun, tetapi terkadang ide itu tidak cukup untuk menyelesaikan keseluruhan buku. Maka, keterampilan menyusun naskah buku yang berserakan sangat penting, karena itu akan membantu menyambungkan ide-ide dari bab-bab yang ada.
  8. Ide bagus bisa datang dari mana saja. Dari kalimat di buku lain hingga percakapan yang kita dengar,atau bisa saja ketiak sedang menikmati secangkir kopi Toraja hangat, seperti malam ini
  9. Setiap penulis memiliki proses yang berbeda, dan proses tersebut akan berkembang dan berkembang terus ketika kita terus menulis. Jika bapak/ibu adalah penulis pemula, pertimbangkanlah bahwa “saya harus bisa menerbitkan buku solo pertama saya” dengan cara dan gaya saya sendiri. Itu akan sangat berkesan dan bernilai.
  10. Mengedit naskah buku adalah salah satu sesi yang paling akan membosankan, memakan waktu, dan sering membuat frustrasi dalam proses penulisan. Meskipun sama sekali tidak dapat dihindari, mengapa tidak membuatnya lebih mudah dengan melakukan seperti apa yang telah saya praktikkan selama ini. Seya telah terbiasa mengedit naskah tulisan saya, termasuk mengedit naskah buku-buku lainnya.

 

Demikian materi malam ini.

 

 

 

Friday, September 23, 2022

Konsep Buku Non Fiksi || Resume Ke-16

Belajar Menulis Buku PGRI, Gelombang 27 - September 23, 2022

Hari/Tanggal       : Jum'at/ 23 September 2022

Tema                     : Konsep Buku Non Fiksi

Pertemuan ke       : 15

Narasumber          : Musiin, M. Pd

Moderator             : Arofiah Afifi



Assalamulaikum warahmatullahi Waa barakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Semoga selalu dalam Lindungan Allah.

 

Ditengah  tengah kesibukan, akhirnya pada mala mini dimulai kembali pertemuan yang ke-15 beliau adalah  Arofiah Afifi

Dalam pertemuan ini  di bagi menjadi  4 sesi yaitu :

1. Pembukaan dan perkenalan,

2. Pemaparan Materi Inti

3. Tanya Jawab

4. Penutup.

 

Nama beliau adalah  Ibu Musiin, M.Pd.  berasal dari Kota Tahu Takwa alias Kediri yang menjadi Narasumber pada malam ini

 

 Sejak tahun 1998, Bu Iin -panggilan akrab Narasumber,  mengajar bahasa Inggris SMP Negeri 1 Tarokan Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Profesi guru Bahasa Inggris mengantarkannya lolos sebagai peserta dalam Short Course di SEAMEO RELC Singapura tahun 2015. Selain itu narasumber  juga memiliki segudang Aktivitas dan prestasi.

Sebagai seorang pegiat sosial, entrepreneurship,  pegiat literasi

Ibu Iin adalah alumni kelas belajar menulis gelombang 8 yang  mendapat tantangan menulis  Prof. Eko Indrajit,  dan berhasil menaklukkan tantangan menulis Prof Eko.

 

 Buku Narasumber telah berhasil menghias indah di toko buku Gramedia secara online maupun offline.



 "Konsep Buku Nonfiksi"

serta mengapa kita harus menulis sebuah buku.

 

Tema ini sangat penting untuk dikaji lebih mendalam untuk bekal membuat buku

Ini sudah bisa menjadi modal kita membuat buku .

Maka untuk bisa membuat buku yang baik.

 

Pertemuan ke-15, Narasumber memaparkan bagaimana cara  menulis buku nonfiksi.

Baliau memberikan beberapa contoh karya tulis yang berhasil masuk ke toko buku Gramedia

dan ke berbagai toko online.

 

Menurus Ibu Narasumber  bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara. Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.

Sebelum menulis bukukita diajak  menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis.

Alasan saya ingin menjadi penulis adalah sebagai berikut:

1.           Mewariskan ilmu lewat buku.

2.           Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.

3.           Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.

4.           Mendorong diri sendiri untuk terus belajar.

 

Kutipan terkenal dari Imam  Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat mengapa belaiu  ingin menjadi penulis

Buku nonfiksi adalah sebuah bentuk buku yang berisi karangan atau tulisan yang sifatnya berupa informasi dan penulisnya memiliki tanggung jawab atas isi kebenaran isi buku tersebut yang diambil dari peristiwa, orang, tempat atau fakta informasi di dalam buku tersebut.

Berikut ini adalah contoh-contoh buku nonfiksi,

1. Buku Pedoman

2. Buku Teks

3. Buku Pelajaran

4. Buku Motivasi

5. Buku Filsafat

6. Buku Sains Populer

7. Kamus

8. Ensiklopedia

10.         Biografi

11.         Otobigrafi

12. Memoar

 

Ciri-ciri buku nonfiksi adalah

1.           Menggunakan Bahasa Yang Baku Atau Formal      

2.           Menggunakan bahasa yang denotatif.

3.           Isi buku berkaitan dengan fakta

4.           Tulisan bersifat ilmiah popular

5.           Hasil penemuan atau yang sudah ada

 

 

Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

1.           Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)

Contoh: Buku Pelajaran

2.           Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan

3.           Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)

 

Bagaimanakah langkah-langkah penulisan buku nonfiksi?

Proses penulisan buku nonfiksi terdiri dari 5  langkah, yakni

1.           Pratulis

2.           Menulis Draf

3.           Merevisi Draf

4.           Menyunting Naskah

5.           Menerbitkan

 

Langkah Pertama

Pratulis

1.           Menentukan tema

2.           Menemukan ide

3.           Merencanakan jenis tulisan

4.           Mengumpulkan bahan tulisan

5.           Bertukar pikiran

6.           Menyusun daftar

7.           Meriset

8.           Membuat Mind Mapping

9.           Menyusun kerangka

 

.

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya

1.           Pengalaman pribadi

2.           Pengalaman orang lain

3.           Berita di media massa

4.           Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram

5.           Imajinasi

6.           Mengamati lingkungan

7.           Perenungan

8.           Membaca buku

9.           Survey

10.         Wawancara

Untuk itu kita harus selalu terus membaca, dan berpikir kritis. Tujuannya adalah kita bisa menangkap fenomena alam, maupun sosial dengan cerdas.

 

Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.

1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

2. Keterampilan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;

4. Penemuan yang telah didapatkan.

5. Pemikiran yang telah direnungkan

 

Tahap berikutnya membuat kerangka.

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A.           Pembagian Generasi Pengguna Internet

B.           Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A.           Media Sosial

B.           UU ITE

C.           Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A.           Pengertian

B.           Elemen

C.           Pengembangan

D.          Kerangka Literasi Digital

E.           Level Kompetensi Literasi Digital

F.           Manfaat

G.          Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H.          Kewargaan Digital

 

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A.           Keluarga

B.           Sekolah

C.           Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A.           Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B.           Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C.           Membangun Digital Mindset Warganet +62

 

 

: Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, beliau mengikuti nasihat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau

(https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be)

 

 

Berikut ini merupakan anatomi buku nonfiksi.

 

Anotomi Buku

1.           Halaman Judul

2.           Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3.           Halaman Daftar Isi

4.           Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5.           Halaman Prakata

6.           Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7.           Bagian /Bab

8.           Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9.           Halaman Glosarium

10.         Halaman Daftar Pustaka

11.         Halaman Indeks

12.         Halaman Tentang Penulis

 

 

Apabila kita  mengikuti uji kompetensi sebagai penulis di  Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis Editor Profesional (LSP PEP), maka anatomi buku tersebut akan ditanyakan.

 

Langkah kedua

Menulis Draf

1.           Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

2.           Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

 

Langkah ketiga

Merevisi Draf

1.           Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2.           Memeriksa gambaran besar dari naskah.

 

Langkah keempat

Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1.           Ejaan

2.           Tata bahasa

3.           Diksi

4.           Data dan fakta

5.           Legalitas dan norma

 

 

Kaidah Pantun || Resume ke-14

Kaidah Pantun

September 21, 2022

Resume ke-14

Tanggal        : 21 September 2022

Narasumber  : Miftahul Hadi, S. Pd

Moderator    : Lely Suryani, S. Pd

 


Pertemuan ini kita bahas tentang Pantun
tentunta dengan pembicara yang sangat menarik dan istimewa

Diawali dengan pantun :

 

Hahan gambut luas sangat

Dekat penghuni pengantin baru

Ayo sambut dengan semangat  ..

Malam ini materi baru.

 

Mas Miftah narasumbernya akan memberikan segudang ilmu untuk kita semua

 

Makan lumpia terasa mentah,

Sambel jotun nasi kerak,

Siapa dia Mas Miftah,

Jago pantun Guru  Penggerak.

 

Dilanjut dengan pantun berikutnya  

 

Itu proktor mengatur ANBKnya,

Lihai sekali tanpa lengah,

Moderator dan  narasumbernya,

Produk asli Jawa Tengah,

 

 

Narasumber membuka acara dengan pantun

Bunga sekuntum tumbuh di taman,

Daun salam tumbuh di kota,

Assalamualaikum saya ucapkan,

Sebagai salam pembuka kata.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Beliau membuka acara dengan tidak lupa mengucapkan

Terimakasih kepada  Om Jay yang telah memberi kesempatan untuk belajar bersama

 

Dalam penjelasaan beliau menyisipkan pantun :

Tapi kanal jembatan patah,

Jatuh ke semak peganglah tali,

Salam kenal saya Mas Miftah,

Dari Demak berjuluk kota Wali.

 

Beliau bernama Miftahul Hadi. Biasa diPanggil  Mas Miftah,

Beliau adalah alumni gelombang menulis, yaitu pada angkatan 17.

 

Beliau memeberikan materi tentang Pantun di link berikut.

 

https://anyflip.com/wiirj/vdws/

 

 

Banyak dari kita saat mendengar kata pantun teringat ke suku Melayu  

memang benar pantun itu identik dengan suku Melayu. Namun, bahwa tiap daerah di Indonesia juga memiliki pantun.

 

 

 

 

 

Coba dicontohkan.

Sebagai contoh di Mandailing, Sumatera Utara, dikenal dengan sebutan ende-ende.

 

Contoh ende-ende

 

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap sirumondang bulan.

Yang artinya demikian

 

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang rembulan.

ayo ditranslate ... pengin tahu nih.. apa di translate masih berupa pantun?

Wow... arti yang utuh.. tak mengurangi makna sedikitpun.

 

Di Sunda yang dikenal dengan paparikan.

 

Contoh paparikan

 

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana Dunya akhirat.

 

Yang artinya demikian

 

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Bagi dunia akhirat

 

Contoh parikan

Mlaku-mlaku wira-wiri,

Tekan gardhu nyandung watu,

Ngaku-aku dadi tani,

Nyandhak garu jare luku.

 

Jalan-jalan ke sana-sini,

Sampai gardu tersandung batu,

Jika mengaku sebagai petani,

Pegang Garu dikira luku (bajak).

 Ini parikan yang empat baris bapak ibu.

Ada juga parikan dua baris.

 

Yang sedang hits di telinga.

Monggo diteruskan Bu Lely

 

Yang artinya demikian

 

Kelapa cengkir dibuat dawet,

Jangan dipikir membuat mumet (pusing).

Intermezo sebentar bapak ibu

Markijut

 

Bapak ibu, pada awalnya pantun merupakan tradisi lisan. Seiring berkembangnya waktu, maka pantun "naik kelas". Tidak hanya dituturkan saja dalam kehidupan sehari-hari, pantun kemudian dibukukan, dilombakan dalam berbagai event, serta diselipkan pada tiap kegiatan.

Atas kerja keras tersebut pada tanggal 17 Desember 2020 lalu, UNESCO mengakui pantun sebagai warisan budaya tak benda.

 

Milik bersama buu. Karena berasal dari suku Melayu.

Pantun berasal dari akar kata "Tun" yang bermakna baris atau deret. Asal kata pantun dalam masyarakat Minangkabau dan Melayu diartikan sebagai "pantun". Oleh masyarakat Riau disebut sebagai tunjuk ajar yang berkaitan dengan etika. (Mu'jizah, 2019)

 

Jika sudah ada pertanyaan menggelitik.. karena materinya menarik..

Langsung kirim ke 081388112412... ditunggu.

 

Sebelum kita praktik membuat pantun, alangkah baiknya kita kenali dulu ciri-ciri serta kaidah dalam pembuatan pantun.

Silakan bapak ibu cermati ciri-ciri pantun di atas.

 

 Dulu waktu kurikulum 13.. materi pantun ada juga di kelas 4... apakah sekarang masih ada di KURMED?

Bersajak a b a b...

Terus kalau bersajak a a a a.. di sebut apa mas?

 

Yang pertama, satu bait harus terdiri dari empat baris. Tidak boleh tiga atau lima.

 

Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata.

 

Satu baris terdiri atas delapan sampai duabelas suku kata.

 

Bersajak a-b-a-b

 

Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

 

Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud pantun.

Nanti kita akan sampai sana buu, mohon bersabar. Heheh

 

 

Belajar mengaji harus semangat,

Tekun rajin sabar dan giat,

Agar ilmu mudah didapat,

Selamat dunia juga akhirat.

 

Ingat ingatlah wahai kawan,

Quran dan sunnah jadi pedoman,

Tuk menjalani kehidupan,

Agar hidup tentram dan nyaman.

Terimakasih..

Sangat jelas.

Mengurangi keindahan..

 

Kalau pantun, antara baris satu dan dua tidak ada hubungannya dengan baris tiga dan empat. Jadi sampiran dan isi berdiri sendiri.

 

Banyak sekali manfaat yang didapat dari pertemuan malam ini

 

Tuesday, September 20, 2022

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan || Resume Ke-13

 Resume ke-13

Gelombang 27
Tanggal:Rabu 14 September 2022
Tema: Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan
Narasumber: Susanto, S. Pd. 
Moderator: Purbaniasita K. S, I S. Pd. 



Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Siap berlanjut dan menyimak pelatiha menulis untuk pertemuan ke 13 ini, moderator mengawali dengan salam sejahtera om swastiastu, nammo budhaya, salam kebajikan. Dilanjut dengan memohon ijin untuk  grup beliau  kunci agar kegiatan malam ini berjalan dengan tertib. Selain itu  moderator mempersilahkan peserta pelatihan  mengisi link absensi berikut

https://bit.ly/3DbBNh6

 Alhamdulillah pada malam hari  saat pelatihan  terpantau  cerah  beliau dari  kota malang.

Pertemuan ke-13 malam ini dibuka dengan berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing.

Selanjutnya narasumber memperkenalkan diri, beliau Bernama, biasa dipanggil Sita, beliau dari

Malang, Arema Malang dan beliau  adalah alumni kelas BM angkatan 26

Materi pertemuan malam ini adalah "Profreading Sebelum Menerbitkan Tulisan".

 Seperti biasa pertemuan kali ini juga terdiri dari 4 sesi, yaitu :

1. Pembukaan

2. Paparan materi

3. Tanya jawab

4. Penutup

Apabila ada pertanyaan peserta diarahkan untuk menyampaikan ke nomor  082131167414 dengan format :

Nama Lengkap: Gelombang :

Asal Daerah: Pertanyaan:

Materi malam ini menjadi sangat penting, terutama bagi mereka yang akan menerbitkan tulisan untuk publik, apakah itu dalam bentuk artikel di koran, media online, maupun dalam bentuk buku.

Tema ini disampaikan oleh Bapak Susanto.

 

Proofreading itu adalah memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum di terbitkan.

Beliau lebih di kenal dengan nama pak D. Pak D merupakan salah satu penulis yang cukup berpengalaman. Tidak hanya menulis beliau juga dikenal sebagai editor dan kreator konten. Beliau sehari-hari mengabdikan diri sebagai guru sekolah dasar di kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatra Selatan. Pak D Sendiri adalah alumni kelas BM angkatan 15.

 

 

Untuk mengenal lebih jauh pak D memberikan  tautan Profil Pak D https://blogsusanto.com/artikel/

 

 

 

Pembicara menggunakan nickname Pak D Antok, Pak D Susanto, Pak D Sus, dan panggilan dalam komunitas penulis adalah Pak D saja. D singkatan dari 'Dhe', kependekan dari kata 'Gedhe' yang berarti besar atau tua. Beliau  anak tertua, oleh karena itu, anak-anak adik beliau memanggil saya Pak Dhe atau Pak Gedhe.

 

Selain itu, D adalah nama desa Abjad di Kabupaten Musi Rawas. Huruf D dirangkai dengan kata "Tegalrejo" adalah nama desa tempat beliau tinggal sejak tahun 2006 hingga sekarang. Karena nama Susanto dalam komunitas guru tidak hanya satu, saya yang tinggal di D sering dipanggil dengan nama Susanto D,

Malam ini kita tidak banyak berteori dengan istilah dan hal ikhwal tentang proofreading dan editing, langsung ke substansi agar bisa langsung diterapkan dalam tulisan.

Selanjutnya pembicara memberikan tantangan kepada peserta untuk  melakukan proofreading

 

Pada hari Minggu, 18-09-2022 suamiku bersama teman-temannya. Mengadakan memancing ikan mas. Biasanya hari libur digunakan untuk libur bersama.

 

Salah satu peserta menjawab yaitu peserta dengan nama lengkap: Darno

Gelombang : 27

Asal Daerah: Morotai Maluku Utara

Pada hari Minggu tanggal 18 September 2022, suamiku memancing ikan mas bersama teman-temannya. Biasanya, hari libur digunakan untuk libur bersama.

Pada hari Minggu, 18 September 2022 suamiku memancing ikan mas bersama teman-temannya. Biasanya hari libur digunakan untuk liburan bersama.

Pada hari Minggu tanggal 18 September 2022, suamiku memancing ikan mas bersama teman-temannya. Biasanya, hari libur digunakan untuk libur bersama.

Ibu fitrilawati

Pada hari Minggu tanggal 18 September 2022, suamiku dan teman-temannya mengadakan acara memancing ikan mas bersama, padahal biasanya hari libur digunakan untuk libur bersama keluarga.

 

 

Jawaban Pak Darno sudah benar. Angka yang menunjukkan bulan sebaiknya ditulis dengan huruf.

Pada hari Minggu, 18-09-2022 suamiku bersama teman-temannya memancing ikan mas. Biasanya hari libur digunakan untuk libur bersama.

Pada hari Minggu, 18 September 2022 suamiku memancing ikan mas bersama teman-temannya. Biasanya hari libur digunakan untuk liburan bersama.

Jika di belakang kata Minggu ada koma, di belakang 2022 sebaiknya diberi koma karena hal itu menegaskan keterangan tentang ”hari Minggu”.

 

Kata biasanya, jangan dimulai dengan huruf kapital.

 

Pada hari Minggu tanggal 18 September 2022, suamiku dan teman-temannya mengadakan acara memancing ikan mas bersama, padahal biasanya hari libur digunakan untuk libur bersama keluarga.

Pengulangan kata Hari Minggu (Hari ditulis huruf kapital?)

1) apakah sebuah kalimat efektif atau tidak

2) susunannya sudah tepat atau belum

3) substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak

 

Pembicara menyampaikan agar menjadi tulisan yang baik dan bermutu yaitu :

 

1.  Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit

2.  Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI

3.  Konsistensi nama dan ketentuannya

4.  Perhatikan judul bab dan penomorannya

Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.

 

Demikian resume kali ini.

Semoga bermanfaat.